KAROINDO. com– Pada umumnya, peristiwa kelahiran seorang raja atau orang-orang terpandang akan menjadi sebuah berita besar dan menjadi konsumsi para pencari berita untuk dikabarkan seluaas-luasnya. Meski menjadi pemberitaan secara umum, namun orang-orang yang hadir pada peristiwa itu pastilah mereka-mereka yang terdiri-dari keluarga dekat, orang-orang yang sederajat. Dengan kata lain, peristiwa besar itu walaupun diketahui khalayak ramai, tapi hanya orang-orang dekatlah yang akan hadir di sana. Inilah gambaran yang lazim dan umum kita temui di saat peristiwa seperti itu terjadi di sekitar kita. Namun, ada sebuah peristiwa besar yang sangat teramat tidak lazim pernah terjadi dan pemberitahuannya pun, meski terbatas tetapi justru kepada mereka-mereka yang sama sekali tidak dianggap atau kaum yang termarginalkan di tengah masyarakat. Itulah yang terjadi pada sekitar 2000 tahun yang lalu, saat peristiwa kelahiran Yesus Kristus ke dunia ini.
Teks perikop renungan kita di hari Natal ini adalah narasi yang tertulis di Injil Lukas, menggambarkan peristiwa kelahiran Yesus di tengah keluarga Yusuf dan Maria. Keduanya tengah berada di Betlehem memenuhi perintah Kaisar Agustus untuk mengadakan sensus penduduk berdasarkan asal kota mereka. Oleh karena Yusuf sendiri adalah keturanan Daud, maka ia harus berada di sana bersama Maria. Maria tengah mengandung seorang bayi, bukan dari buah hubungan biologisnya bersama Yusuf tetapi ia mengandung dari Roh Kudus Allah (lih. Luk. 1:26-38). Peristiwa ajaib itu menjadi rahasia bagi Yusuf dan Maria, mereka dengan penuh ketaatan menerima apa yang Allah nyatakan atas mereka. Maria sendiri, bukan mengandung seorang bayi biasa, dia tengah mengandung anak Allah, dikandung dari Roh Kudus dan anak yang dikandungnya itu akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka. Hal ini telah dinubuatkan oleh para nabi sejak dahulu kala. Anak itu akan disebut Imanuel – yang berarti Allah menyertai kita (bndk. Matius 1: 18-25).
Kini anak itu telah lahir, dan berita tentang kelahirannya bukan disampaikan kepada para pembesar negeri atau kaum elit yang ada di Betlehem. Meskipun nubuat kelahiran-Nya telah disampaikan sejak dahulu kala oleh pemberitaan para nabi, tetapi kabar kelahirannya disampaikan kepada para gembala di padang. Mereka pada jaman itu adalah kelompok yang marginal, mereka hanyalah pekerja mengurus ternak majikan. Menggembalakan dan menjaga ternak pada waktu malam (ay.8). Namun, atas kehendak Allah, merekalah yang pertama sekali mendapat berita tentang kelahiran Mesias itu. Malaikat Tuhan menyapa dan menyampaikan kabar sukacita itu,bahwa hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu, kamu akan menjumpai bayi yang dibungkus dengan lampin dan terbaring dalam palungan (ay. 9-12). Tidak hanya menyampaikan kabar sukacita itu, namun suara pujian para malaikat itu terdengar, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (ay. 13-14)
Para gembala itu pun mendapati bayi itu persis seperti yang diberitahukan oleh malaikat kepada mereka. Semua itu adalah bagian dari rencana Allah bagi umat manusia, dan Maria mengetahui betul sebab kepadanya telah dinyatakan terlebih dahulu, tentang siapa bayi yang akan dikandungnya itu. Kini bayi itu telah lahir, anak Allah ada dalam dekapannya. Itu menjadi rahasia di dalam diri Maria, betapa sesungguhnya Allah telah berkenan kepadanya. Para gembala itu pun bersukacita sambil memuji Allah atas apa yang telah terjadi, dan mereka telah menyaksikan sendiri semua yang disampaikan kepada mereka (ay.20). Menjadi kebahagian tersendiri tentunya, karena mereka yang sama sekali termarginalkan di tengah masyarakat pada waktu itu, ternyata atas kehendak Allah, mendapatkan berita kelahiran Juruselamat itu untuk pertama kalinya. Bukankah ini sebuah keberpihakan Allah kepada kaum miskin papa? Bukankah peristiwa kelahiran Juruselamat dunia itu, juga berarti keberpihakan Allah kepada manusia yang berdosa? Sebab sesungguhnya, hanya oleh karena kasih karunia serta kemurahan Allah, agar manusia yang berdosa ini diselamatkan dan mendapatkan rahmat pengampunan di dalam Kristus.
Kelahiran Kristus pada peristiwa Natal adalah sebuah tindakan solidaritas Allah kepada umat manusia. Allah hadir dan berinkarnasi di dalam Yesus Kristus, ada di tengah-tengah kita. Ia menjadi Allah yang dapat dilihat dan disentuh di dalam Kristus. Ia kini bukan lagi menjadi Allah yang jauh dari umat-Nya, kini Ia hadir dan berada bersama manusia, umat yang dikasihi-Nya. Memilih terlahir bukan di dalam istana raja yang megah dan dari keluarga kerajaan yang terpandang, melainkan dari keluarga yang bersahaja serta dilahirkan di kandang domba. Allah kini hadir, datang bukan seperti bayangan dari kebanyakan orang-orang pada jaman itu. Dia tidak hadir dengan segala kedahsyatan-Nya, namun memilih hadir dalam dekapan dan pelukan seorang ibu. Allah datang berinkarnasi sama seperti manusia. Kelahiran-Nya pun bukan dengan cara yang ajaib, tetapi dikandung dalam rahim seorang wanita selama berbulan-bulan, terlahir sebagai seorang bayi yang lemah, sebagaimana layaknya kita.
Rahasia Allah dinyatakan di dalam diri bayi yang baru lahir itu, Allah sendiri telah menjelma menjadi manusia. Bayi yang diberi nama Yesus itu adalah Kristus, sebab Dia adalah Mesias yang telah dijanjikan itu. Dia adalah Imanuel! Kini, manusia tidak perlu lagi mencari-cari Allah ke tempat-tempat khusus dan kramat. Allah telah hadir bersama dan di tengah-tengah kita, pada waktu itu Ia adalah Allah yang dapat disentuh, mengambil rupa manusia sama seperti kita, memiliki tubuh dan darah. Di dalam diri-Nya tidak ada lagi pemisahan surga dan dunia – menyatu bersama Yesus, masuk ke dalam rengkuhan Allah yang hadir ke dunia ini. Kini, ratusan abad telah berlalu, Dia tetap menjadi Allah yang dekat dengan setiap umat-Nya. Meskipun, kini dalam konteks kehidupan kita yang tengah berada di masa pandemic Covid-19, Ia bukanlah Allah yang jauh bagi kita. Dia hadir dalam setiap kesulitan dan penderitaan yang kita hadapi.
Saat ini, kita memperingati kelahiran Yesus Kristus, Sang Juruselamat itu. Walaupun harus berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kehadiran Allah di dalam diri Yesus Kristus telah membawa kabar sukacita dan damai sejahtera bagi setiap umat. Kini, meski bayang-bayang kematian terasa begitu dekat di masa pandemic ini, tetapi pengharapan kita tetap bersama Kristus yang akan meneguhkan iman percaya kita, sebab Allah hadir dan menyertai kita – Imanuel! Dia hadir dan ada bersama-sama dengan kita, Dia hadir untuk setiap jiwa yang membutuhkan kasih-Nya. Yesus Kristus hadir untuk setiap mereka yang membuka hati atas kehadiran-Nya. Karenanya, peristiwa Natal adalah sebuah penerimaan dan solidaritas Allah kepada setiap kita, umat yang dikasihi-Nya. Terrpujilah Allah di tempat yang maha tinggi.
Selamat merayakan Natal 2020 menerima hadir-Nya dan dalam kemurahan kasih-Nya kita menyambut Tahun Baru 2021 dengan penuh pengharapan bersama Kristus!