KAROINDO.com-Dalam kehidupan kita, pada beberapa kesempatan mungkin kita sering menggunakan pengantara atau seorang penghubung untuk membantu kita bertemu dengan seseorang oleh karena berbagai urusan. Kita membutuhkan bantuan mereka, para pengantara itu untuk memperkenalkan diri kita kepada seseorang yang sangat kita butuhkan. Kita barangkali tidak memiliki jejaring untuk bertemu dengan orang itu, karenanya, bantuan dari pengantara atau penghubung ini menjadi begitu sentral dan penting dalam memperlancar urusan yang hendak kita bicarakan. Dengan kata lain, kehadiran pengantara atau penghubung ini menjadi penting dan juga sangat dibutuhkan dalam beberapa kesempatan untuk berbagai keperluan kita. Jika dalam pengertian yang lebih luas, pengantara ini bisa juga berarti pendamping atau pun orang yang membantu, bisa juga orang yang membela kita dalam berbagai urusan dan kepentingan.
Teks perikop renungan kita hari ini, adalah surat dari rasul Yohanes yang pertama, yang secara khusus memang tidak menyebutkan kepada siapa suratnya ini ditujukan, sebagaimana surat rasul-rasul lainnya. Surat-surat rasul Yohanes ini, besar kemungkinan ditujukan untuk seluruh jemaat perdana, mendorong mereka agar tetap teguh berpegang dalam kebenaran iman kepada Yesus Kristus. Surat Yohanes yang pertama ini kemungkinan ditulis pada akhir abad pertama atau awal abad kedua. Dalam teks bacaan kita ini, rasul Yohanes menghimbau, “Anak-anakku, hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” (ay.1-2)
Yohanes mengingatkan sekaligus meneguhkan setiap jemaat (baca: kita), sebagai orang yang beriman kepada Allah hendaknya tidak lagi melakukan pelanggaran dan dosa dalam kehidupan kita. Namun, bilamana kita masih melakukan kesalahan dan dosa akibat ketidaktaatan kita kepada Allah, janganlah berkecil hati tetapi hendaknya mengakui segala dosa dan kesalahan yang kita perbuat kepada-Nya. Ia adalah Alalh yang setia dan adil, yang akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari semua pelanggaran kita (bndk. 1:9). Bersyukurlah atas segala anugerah yang telah diberikan Allah di dalam Yesus Kristus yang telah menebus segala dosa dan pelanggaran kita. Yohanes menggambarkan Yesus sebagai seorang yang menjadi pengantara kita kepada Allah (Yun. Parakletos; παράκλητος), disini berarti juga yang akan membela kita, Dia akan mendampingi dan menguduskan kita di hadapan Allah. Sehingga kita akan dibenarkan saat menghadap Allah oleh karena Kristus yang menjadi pembela kita.
Karya penebusan Allah di dalam Kristus atas pengorbanan-Nya di atas kayu salib telah memperdamaikan kita dengan Allah. Dia telah menanggung semua dosa dan pelanggaran kita. Yohanes menegaskan bahwa bukan hanya dosa kita saja tetapi juga dosa seluruh dunia. Ketika seluruh dosa dan pelanggaran kita diampuni dan dihapuskan oleh karena pengorbanan Kristus, maka akan ada pemulihan di dalam diri setiap kita. Sang Pengantara itu yang akan mengembalikan kehidupan kita dalam kebenaran. Dia memberikan pemulihan bagi kita dan dengan pemulihan itu, maka kita akan membawa dampak bagi mereka-mereka yang ada disekitar kita, bahkan bagi seluruh ciptaan Allah di dunia ini. Pemulihan dari Kristus akan menuntun kita kembali kepada Allah. Tentunya, ketaatan dan sikap hidup kita akan berdampak bagi orang-orang di sekitar kita, bahkan dengan ciptaan lainnya. Dengan kata lain, penebusan Kristus bagi hidup kita bersifat holistik, tidak hanya bagi diri setiap kita umat manusia tetapi juga bagi seluruh dunia dan ciptaan Allah lainnya.
Lebih lanjut Yohanes menuliskan, bahwa tanda kita mengenal Allah, jika kita menuruti perintah-perintah-Nya. Jika kita mengaku mengenal Allah tetapi tidak menuruti perintah-Nya, maka kita adalah seperti seorang pendusta yang tidak memiliki kebenaran. (ay.3-4) Kita adalah manusia yang berdosa, dan pelanggaran akibat ketidaktaatan itu telah membawa kita jauh dari Allah. Tidak ada lagi alasan untuk mengelak dari semua dosa dan pelanggaran kita. Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa maka sesungguhnya kita telah menipu diri kita sendiri (bndk. 1:8). Sehingga, dengan mengaku seluruh dosa dan pelanggaran kita, kita mendapatkan pengampunan dari Allah di dalam Kristus. Dengan kata lain, hanya dengan pertobatan dan mengaku dosa, kita akan mendapatkan anugerah pengampunan Allah oleh Sang Pengantara, yaitu Yesus Kristus sebab Dia yang menjadi pendamai bagi kita.
Sebagai tanda pertobatan tentunya kita hidup dalam ketetapan-Nya, yaitu dengan menuruti segala perintah dan firman-Nya. Kita yang hidup di dalam firman-Nya akan menjadi tanda persekutuan kita dengan Allah. Dan di dalam hidup kita sungguh sempurna kasih Allah dan bukti kita hidup di dalam Dia. Sebab dengan dengan mengaku kita hidup di dalam Dia, maka kita wajid hidup sama seperti Kristus. (ay.5-6) Yohanes menegaskan bahwa tanda pertobatan itu harus disertai dengan hidup yang menuruti firman Allah. Dengan pertobatanlah kita akan dimampukan untuk merasakan sempurnanya kasih Allah dalam hidup kita. Yohanes sendiri, pernah bersaksi tentang diri Yesus adalah Sang Pengantara itu, dan yang pernah bersabda, “Barang siapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa yang mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” (lih. Yoh. 14:21).
Sang Pengantara telah melakukan semua yang menjadi kebutuhan kita umat yang berdosa. Kita telah ditebus, diampuni dan akan membenarkan kita di hadapan Allah. Hanya di dalam Kristus lah, kasih Allah itu akan sempurna bagi kita. Dan hanya dengan menghidupi firman-Nya serta menjadikan firman-Nya itu menjadi rhema dalam kehidupan kita, maka itulah sebagai tanda kita hidup di dalam Dia, dan yang akan menuntun kita hidup menyerupai Kristus, Christ-likeness. Artinya, kita melakukan semua yang telah diperintahkan-Nya bagi setiap kita orang yang percaya. Hanya dengan demikianlah tanda bahwa kita sungguh-sungguh mengenal Kristus. Jika hanya mengaku mengenal Kristus tetapi tidak hidup dan melakoni semua perintah-Nya, maka seperti yang dikatakan Yohanes kita hanyalah seorang pendusta. Lebih jauh lagi, tidak ada kebenaran di dalam hidup kita. Hidup seperti Kristus, to be like Christ bukanlah pilihan namun sebuah kewajiban bagi kita setiap orang yang percaya. Hidup di dalam Kristus berarti menerima perintah-Nya, menghidupi firman-Nya dengan penuh ketaatan menuju kesempurnaan Kristus – Sang Pengantara kita!
Selamat menerima pemulihan dan pendamaian dengan Allah oleh karena Kristus, Sang Pengantara yang menyempurnakan kasih Allah di dalam kita.
Oleh: Erdian Sembiring, M.Th